Langsung ke konten utama

Alhamdulillah, I've been graduated!

Hi, Pembaca! Udah lama banget ya ngga ada ngepost. Banyak banget yang harus dikerjain soalnya. Sampai akhirnya sudah menyandang gelar sarjana nih HAHAHA.

Saya ingin bercerita tentang bagaimana proses menyelesaikan skripsi hingga hari Selasa tanggal 10 November 2020 kemarin, saya dan teman-teman lain telah resmi diwisuda. 

Semua berawal dari bulan Oktober 2019, pembagian komisi pembimbing untuk mahasiswa angkatan saya yang telah memenuhi syarat. Saya coba cek nama saya di surat edaran. Lembar pertama belum ada, lembar kedua juga belum. Sampai di lembar akhir, yup. Saya menemukan nama saya disandingkan dengan satu dosen senior yang benar-benar orang lapangan dan satu dosen junior yang hanya pernah masuk sekali di kelas saya. 

Sebelumnya, saya punya gambaran penelitian yang notabene menggunakan data sekunder, mengenai analisis forecasting ekspor CPO beberapa tahun ke depan dikarenakan beberapa bulan ke belakang CPO Indonesia mengalami penururan ekspor yang cukup signifikan. Namun melihat preferensi penelitian dosen saya yang lebih menyukai penelitian ke desa atau ke petani langsung, saya cukup optimis. Optimis ditolak. Haha. Benar saja, judul yang saya ajukan ditolak. Saya menyiapkan tiga sampai empat judul, alih-alih seandainya yang pertama ditolak, masih ada cadangan judul kedua, ketiga dan keempat. Tapi, you know what guys? Semua judul yang sudah saya ajukan ditolak hehe. Sabar, sabar... Gumam saya dalam hati berusaha untuk tetap keep calm dan stay cool meskipun dalam hati ngedumel ya wak haha.

Sebulan lebih, saya mencari judul baru. Survey ke dinas dan survey ke sampel-sampel juga sudah saya lakukan. Alhamdulillah, judul saya diterima di saat satu persatu teman saya sudah mulai seminar proposal. Well, artinya progress saya agak lebih telat dibanding beberapa teman saya. Awalnya saya cukup iri melihat mereka yang prosesnya sangat mulus. Namun lama-kelamaan saya coba untuk fokus dengan proses dan timeline saya tanpa membandingkan dengan teman-teman yang lain. Bahkan sempat ada teman saya yang bertanya begini, "Jadi gimana rasanya kamu sebagai mahasiswa IPK tertinggi seangkatan tapi belum seminar proposal?" Langsung saja saya jawab tanpa pikir panjang, "Ya biarin. Mereka ya mereka, aku ya aku." Wah, ngerasa keren banget saya pas ngomong gini. Walaupun sebenarnya kata-kata yang ingin saya lontarkan straight to the point di depan wajah teman saya adalah "Urusanmu apa? Emangnya kamu sendiri udah seminar proposal? Belum kan? WKWK jadi kok heboh banget sih ngurusin hidup ku." Tapi apa daya saya tidak seberani itu hmmm. 

Di judul kedua ini yang sudah diacc bapak pembimbing pertama saya ini, saya sudah didisposisi ke ibu dosen pembimbing kedua. Setelah direvisi beberapa kali oleh ibu pembimbing kedua, akhirnya propisal saya diacc. Alhasil, saya langsung bawa draft proposal saya kembali ke dosen pembimbing pertama saya dong kan ya, tapi tiba-tiba beliau berkata, "Annisa, kalau kamu ganti judul bagaimana?" Saya langsung down, tapi saya tidak bisa apa-apa. Belum lagi, bimbingannya ini pukul tujuh malam bersama seorang teman seperdopingan yang nasibnya bahkan jauh lebih menyedihkan dibanding saya. Hiks hiks. Nah, ditambah lagi saya belum makan dari siang. 

Wah, mengingatnya saja buat saya tidak mood. Haha. Pulang bimbingan sekitar pukul delapan lebih sepuluh menit. Cuma ada empat atau lima orang di kampus. Berhubung saya tidak punya kendaraan, saya pulang dengan langsung memesan ojek online. BAM! Sampai di kos pukul delapan lewat dua puluhan. Saya tidak punya siapa-siapa yang saya bisa jumpai di kos. Ditambah lagi, entah memang nasib saya yang apes atau buruk, tidak ada apapun yang bisa dimakan pada malam itu. Saya sudah tidak mood ngapa-ngapain. Maish dengan baju yang sama dengan yang saya gunakan satu harian ini, saya terduduk lemas di lantai. Menangis sekencang-kencangnya karena rasanya perjuangan saya selama sebulan lebih kemarin dengan judul baru ini sia-sia begitu saja. Isak tangis saya semakin menjadi-jadi merasa saya adalah orang yang sangat menyedihkan pada kala itu. Sampai akhirnya, seekor kucing yang memang biasa sering datang duduk di sebelah saya menatap bingung sambil sesekali menjiat-jilat bagian tubuhnya. 

Dua puluh menitan terbaring lemas di lantai sambil menangis pelan, akhirnya saya memutuskan untuk segera mandi dan langsung ingin tidur sesudah itu. Entah bisa atau tidak, intinya saya ingin melupakan soal skripsi ini sejenak. Mandi sudah, makan tidak usah karena memang tidak ada yang bisa dimakan, alhasil saya langsung sholat isya dan sesudah itu saya langsung menelefon orang tua saya yang tinggal tidak satu kota dengan saya. Saya bercerita dan mengadukan apa yang saya alami satu harian ini sambil menangis pelan ditemani kucing saya yang asyik sendiri dengan tubuhnya. "Ya udah udahh. Ngga apa-apa, namanya juga belajar. Kan ngga selamanya jalan kita harus mulus adek. Itu biasa kok, biar ada ceritanya. Kalau jalan kita lurus-lurus aja kan ngga seru." bujuk Ibu saya dari ujung sana. Cuma ya tetap saja, rasanya sedih banget ketika progress kita tertinggal sama teman-teman lain. Mungkin untuk beberapa orang ini terlihat berlebihan sih, jujur. Tapi karena saya dari dulu sudah terbiasa "agak kompetitif" ya wak haha jadi agak gimana aja rasanya gitu. Hehehe.  

Sampai di tanggal 19 Februari 2020, setelah begitu banyak drama yang saya lalui. Mulai dari drama narasumber yang sibuknya 25 jam per hari wkwk soalnya setiap dichat, pasti cuma diread doang. Ya Allah sedih banget rasanya. Plus drama soal data dinas yang asemelehoy wkwk tau ah. Akhirnya saya bisa seminar proposal juga. Setelah banyaknya kendala yang sudah berhasil membuat saya agak frustasi (haha, berlebihan ya). Hari ke hari, hingga minggu ke minggu. Teman-teman saya sudah ada yang seminar hasil dan bahkan sidang di saat saya baru saja selesai seminar proposal. Sabar sabar, jangan membandingkan dengan orang lain, batin saya. 

Alhamdulillahnya lagi, saya sudah selesai ambil data ke lapangan dua hari sebelum kampus dan daerah penelitian saya dilockdown. Saya mencoba tetap berhusnuzon dengan Tuhan, timingnya sangat tepat sekali. 

11 Juni 2020, seminar hasil akhirnya bisa dilaksanakan secara daring. Saya menyelesaikan bab 4 sampai ke lampiran memakan waktu kurang lebih dua minggu. Seringkali saya merasa penat, tapi kalau tidak dikerjakan bisa-bisa saya harus bayar UKT lagi semester depan. Saya ingat itu terjadi pada saat bulan Ramadhan dan ketika lockdown lagi heboh-hebohnya. Jadi ya, 100% skripsi saya selesaikan di dapur dan ruang tamu. Noted: saya tidak punya ruang belajar atau ruang kerja di rumah. Jadi ya nomaden sana sini sambil mencari suasana yang PW dan tergantung mood juga.

Dari seminar hasil ke sidang, proses saya jauh lebih mulus dari sebelumnya. Saya hanya revisi dua kali. Tugas saya hanya berdoa dan menunggu. Menunggu agar dosen pembimbing pertama saya segera menyetujui sidang meja hijau saya.

Timeline yang telah saya susun, berantakan. Benar-benar berantakan. Rencana saya, saya bisa wisuda di bulan Mei. Tapi kenyataannya, saya baru sidang di tanggal 22 Juni 2020. Dari sini, saya tidak berharap banyak. "Ngga masalah kalau ngga cumlaude, yang penting ngga bayar UKT buat semester depan saja." pikir saya. Sampai sudah se-hopeless itu saudara-saudara. Hahaha. 

Sampai ke hari terakhir pendaftaran wisuda. Tebak, cobaan apa lagi yang saya dapatkan? Transkrip saya belum juga selesai sampai jam 2 siang. Sedangkan pendaftaran wisuda ditutup sampai jam 3. Wah luar biasa bukan? Saya sudah mengurus semua berkas dari jauh-jauh hari. Tapi memang belum rezeki, transkrip saya selesainya agak lebih lama dari teman-teman yang lain. Saya kalang kabut. Satu persatu pikiran aneh singgah di benak saya. "Kalau ngga bisa ikut wisuda periode ini, buat apa dari kemarin bela-belain bolak balik ke kampus padahal lagi corona gini? Buat apa bikin progress cepet kalau wisudanya bakal sama sama yang santai banget sama penelitiannya?" Saya pasrah. Lagi lagi, saya coba buat tetap husnuzon sama Tuhan. Tau apa yang saya dapatkan? Besoknya, surat edaran tentang perpanjangan pendaftaran wisuda. 

Sebelumnya saya berdoa perpanjangan pendaftaran wisuda setidaknya satu hari saja. Tapi apa yang terjadi? Pendaftaran ditunda sampai dua bulan! DUA BULAN! Saya bahkan tidak tau harus senang apa sedih. Haha. Tapi saya sangat bersyukur, selalu ada nikmat di setiap ujian saya. 

Tanggal 10 Oktober 2020, saya bersama teman-teman lain ke kampus untuk mengambil toga, selempang dan map ijazah. Ada satu yang mengejutkan saya. Di lembar daftar mahasiswa yang memperoleh selempang cumlaude, nama saya ada di posisi kedua di periode wisuda waktu itu. Nama dibuat berurut dari IPK tertinggi dan masa studi kurang dari empat tahun. Saya kaget. Untuk prodi saya, saya mendapat IPK paling tinggi. Sejujurnya, saya tidak berharap banyak untuk mendapatkan predikat cumlaude. Saya selalu bergumam ketika sendiri, "Kalau dapat alhamdulillah, kalau ngga ya alhamdulillah juga." Tapi alhasil, Allah kasih saya yang lebih lebih sekali. Bukan hanya cumlaude yang saya dapat, tapi juga peringkat kedua tertinggi sewisudawan periode itu dari fakultas saya. Saya benar-benar bersyukur dengan nikmat yang tak habis-habisnya. 

Suatu sore, saat saya letih untuk mencari pekerjaan dari berbagai situs jobseeker yang sesuai dengan kualifikasi saya, saya memutuskan untuk duduk di halaman belakang rumah saya dan bermain bersama kucing-kucing liar yang sering datang ke rumah. Sampai tiba-tiba, ponsel saya berdering. Ada panggilan dari nomor tidak dikenal. Tentu saja tidak saya angkat. Saya biarkan sampai deringnya berhenti. Kemudian, masuk pesan dari WhatsApp "Annisa, ini pak X dari rektorat kampus. Tolong angkat telepon bapak." Deg. Ada apa ini? Seketika, saya deg-degan. 

Bapak tersebut memanggil kembali, "Hallo Assalamu'alaikum. Annisa, ini bapak dari rektorat." Saya jawab dengan sedikit kebingungan, "Wa'alaikumsalam. Iya ada apa pak?" "Begini, kan tanggal 26 Oktober nanti ada shooting untuk wisuda daring kita, jadi Annisa bisa hadir ngga untuk mewakili teman-teman lain sebagai penerima ijazah dari rektor secara simbolis?" Sontak saya kegirangan, tapi mencoba untuk tetap tenang haha. "Baik, bisa pak." Jawab saya singkat, padat dan jelas. Saya langsung meng-ia-kan tanpa basa-basi. Padahal ada banyak pertanyaan yang membenak, seperti "Kenapa aku ya?" "Kira-kira dari fakultas ku siapa aja ya orangnya?" "Apa karena aku sad girl?" Haha, sampai-sampai pertanyaan ngawur juga nimbrung.

Hari Senin 26 Oktober 2020, pukul 09.00 WIB saya beserta ayah ibu dan abang saya sudah di dalam auditorium. Benar saja, hanya ada empat orang mahasiswa di sana. Selebihnya, panitia wisuda daring dan petinggi-petinggi kampus. Satu hal yang membuat saya bahagia bukan karena saya bisa berhadapan dan berfoto langsung dengan dekan dan rektor saya, tapi saya bisa membawa kedua orangtua saya (dan bahkan abang saya) ke dalam auditorium untuk mengukuti proses shooting wisuda daring kali ini. Semua rasa lelah saya terbayarkan ketika saya bisa membawa mereka menyaksikan saya berjalan di atas panggung dan berhadapan langsung dengan dekan dan rektor. Lagi dan lagi, ini di luar dari target yang ingin saya capai dan saya benar-benar mensyukurinya. Sangat. 

Belum lagi, ijazah saya sudah selesai. Sudah saya terima. Normalnya, di kampus saya ijazah selesai dalam waktu paling lama tiga bulan. Rencana Tuhan memang benar-benar luar biasa. Jauh dari apa yang saya pikirkan. 

Baru kali ini, saya merasa diri saya benar-benar beruntung. Menjadi perwakilan dari ribuan wisudawan yang lain. Saya dapat merasakan wisuda langsung di saat teman-teman saya wisuda daring (dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan tentunya). Kalau ditanya sampai saat ini, kenapa saya yang terpilih, saya juga tidak tau jawaban pastinya. Saya tidak punya relasi yang begitu dekat dan akrab dengan pegawai jurusan, pegawai fakultas apalagi rektorat. Teman-teman terdekat saya tau itu. Tapi kembali lagi, kalau semua kegiatan kita libatkan Tuhan, hasilnya memang luar biasa. 

Mungkin sebagian orang menganggap tulisan saya ini berlebihan, kampungan bahkan norak. Mungkin sebagian orang yang telah membaca ini bergumam dalam hatinya, "Baru wisuda aja udah belagu. Belum ngerasain gimana rasanya sesudah wisuda." Iya saya sadar ini baru permulaan. Tapi saya ingin membagikan cerita saya kepada teman-teman semua. Fokus dengan proses dan serahkan sisanya kepada Tuhan. 

Semoga menginspirasi. 

Terimakasih❤

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Burung Merah Marah?

ANGRY BIRDS? Aduh, siapa sih yang ngga tau angry birds zaman sekarang? KAMSEUPAY IYUH deh itu yang ngga tau angry birds itu apa. Oke, buat yang ngga tau aku bakalan nerangin apa sebenernya angry birds itu. Nah angry birds itu semacam game yang awalnya adanya cuma di gadget yang berlabel kan Apple. Permainannya itu semacam kaya maen ketapel gitu sambil nembakin babi. Iya babi! Ngape heran sih ah? -___- Tapi ada juga versi yang lain. Dia kaya nyusun-nyusun puzzle gitu lah~ Nah habis itu ada juga yang dia balapan gitu. Karakter nya ya para burung-burung aneh ini. Kan ngga mungkin ada sinchan .__. Tapi sekarang buat mainin permainan Angry Birds ini, bukan cuma di gadget cetakan apple aja kok yang bisa. Di facebook bisa, tinggal googling juga bisa, yang ketik reg itu juga bisa. Jenis permainannya juga pastinya makin banyak kan? Kenapa sih burung ini dinamain Angry Birds? Well well mungkin kebanyakan dari kamu kamu yang lagi baca artikel ketikan gue ini udah pada tau apa jawaban

Wise words~

LoL

Dakota Rose, Si Manusia Barbie!

Dakota Rose , cewe yang terobsesi banget jadi seorang tokoh kartun yang umumnya digemari banyak anak cewek. YUP! BARBIE! Remaja yang usianya 17 tahun ini emang beneran mirip sama boneka Barbie. Ia berasal dai Jepang. Well kan kalo dari Jepang sih biasanya matanya agak agak cipit gitu sih kan ya, tapi gak tau kenapa si Dakota yang satu ini sama sekali engga keliatan darah Asia Timur nya. Ga tau deh, mungkin operasi atau gimana urusan dia kali yah~ Nah ini dia blog nya dakota ~> http://kotakoti.com/ dan  buat channel di youtube, cari aja dakota rose pasti nemu kok channel nya. Username nya di twitter ~> @dakotakoti   Akunnya ini juga udah di centang biruin alias udah verified~ padahal followersnya belum juga nyampe 100rb. Dakota ini sih katanya engga punya facebook, tapi kalo kita searching pasti sih ada dong ye. Buat penggemarnya dakota di facebook, ada kok beberapa orang yang buat fanpage khusus penggemar dakota yang satu ini. Ya walau enggak official, kan setidaknya sesama