Being the +++ student?

Hello there!
Mumpung saya punya waktu buat sharing pengalaman saya nih. Hehe...

Jadi topik kita kali ini berada dalam lingkup pendidikan.

Nah jadi gini. Mungkin banyak yang berfikir gimana sih ya jadi murid unggulan yang ada di sekolah unggulan? Have you ever noticed this situation?

I'm gonna answer all of your questions.

Saya (sama sekali bukan mau membanggakan diri) adalah salah seorang pelajar yang duduk di kelas unggulan di salah satu sekolah unggulan di Indonesia. Kalau dipikir-pikir siapa sih yang engga mau duduk di kelas plus? Saya jujur saat duduk di kelas 1 SMA juga mikir nya "Pokoknya nanti kalau udah kelas dua gue harus duduk di IPA-1! apapun yang terjadi setidaknya gue harus duduk di kelas itu juga!" Dan setelah beberapa bulan kemudian, kebukti keinginan saya terwujud. Saya adalah salah satu bagian dari XI-IPA-1.

Saat mendengar nama saya terdaftar di kelas ini, saya sangaaaaaaat senang. Pikiran saya udah mulai bercabang. "Ayah sama Ibu harus tau soal ini!" "Akhirnya kakak kelas gue yang songong abis itu tau kalau gue jauh lebih pinter ketimbang dia!" "PTN 35% gue pegang!" and so on. Saat on the way ke kelas baru itu, saya juga lumayan deg-degan. Siapa-siapa aja sih saingan yang bakalan saya hadapin? Di satu sisi, kegugupan  itu tertutupi dengan rasa excited saya.

Ketika saya menginjakkan kaki di kelas baru itu, dan yak! Atmosfir berbeda sudah mulai melahap rasa excited saya. Namun, untungnya ada teman baik saya yang juga masuk ke kelas itu. Ya, setidaknya saya tak terlihat seperti nerdy pakai kacamata tebel yang kuper dan kerjanya cuma baca atau ga cuma nulis doang. Ga pernah ngobrol-ngobrol pas freel es lha.

Sebulan, dua bulan masih fine dan okey. Semua berjalan dengan baik.
Sampai di bulan ketiga.....

The big monster is ready to eat all of us!

Yak, saat itu guru kimia yang awalnya kami sangka adalah sosok yang baik berubah menjadi sosok yang luar biasa menakutkan. Sebut saja beliau adalah ibu mawar. Semua masalah bersumber dari nilai kami yang kebanyakan jelek, termasuk saya sendiri. Mungkin kalau melihat dari point of view saya, ada beberapa faktor yang menyebabkan ini terjadi. Mulai dari keadaan psikis kami yang kaget melihat materi pelajarannya. Karena saat kelas satu guru kimia kami adalah tipe orang yang jarang masuk dan jarang belajar tapi masalah nilai ga usah takut. Mungkin karena kebanyakan dari kami terlalu santai di kelas satu, jadinya gini. Dalam 4 kali pertemuan dengan cara mengajar yang terlalu cepat, saya pribadi awalnya agak puyeng untuk menalaah apa yang dimaksudkan beliau.

Semenjak itu, beliau mulai menyudutkan kami satu persatu dan membandingkan kelas kami dengan kelas-kelas unggulan tahun sebelumnya.

Kami hanya bisa diam.
Kami hanya bisa berkomat-kamit dalam hati.

Karena kejadian itu, mungkin ibu Mawar ini langsung ngepublish soal kelas kami yang merk nya wow tapi isinya wedew sama guru-guru lain.

Alhasil, banyak guru yang pas ngajar ke kelas sering ngejudge kami adalah kelas yang ga cocok dikatakan kelas plus.

Lagi-lagi,
Kami hanya bisa diam.
Kami hanya bisa berkomat-kamit dalam hati.

Di situ, kami semua mulai merasa tersudutkan. Hingga akhirnya kami sempet satu kelas buka forum dan membicarakan masalah ini. "Sebenernya kenapa sih kita gini?" "Kenapa sih banyak guru yang jadinya ngejudge kelas kita ga ada bedanya sama IPA-8?"

Awalnya saya juga ngerasa "apa cuma saya yang ngga ngerti materi ini ya?"

Yeah apalagi yang mau dibilang? Mungkin ini jalan terbaik

..........

Seiring waktu, kami mulai berubah. Perlahan tapi pasti. Hingga akhirnya pada saat akhir semester untuk juara umum tiga besar dipegang dari kelas kami.

Saya pribadi merasa kehidupan saya perlahan sudah mulai berubah. Belajar di kelas ini terasa seperti pra-kuliah. Nyari materi sendiri, belajar sendiri, ngerti-ngerti sendiri.  Jujur terkandang sih karena terlalu sering belajar, saya makin sadar kalau eksakta bukan saya banget gitu. Seems like saya adalah orang yang terdampar di pulau yang salah. Hahaha. Belum lagi di kelas yang sangat kompetitif ini, temen-temennya sering nyimpan informasi dan ilmu sendiri (mostly cewe-cewe sih, but not me). Jadi misal kaya ada info soal olimpiade A, dia tau tapi dia ga akan share ke kelas karena nanti kalo yang lain bakal ikut akan menambah saingannya. Belum lagi kalau pas mau ujian, kadang ada yang mau ngajarin kadang ada yang pura pura gatau padahal aslinya tau. 

Jujurly, di kelas unggulan ini saya ada geng. Empat orang. Satu juara olimpiade biologi, satu juara olimpiade fisika, satu pinter banget matematika dan aku ngeclaim diriku lumayan di bahasa inggris. WKWK JOMPLANG BANGET ILMU KU SAMA TEMEN KU TIGA LAINNYA. I don't mean english is <<<<<< any scientific lessons but yeah, you know the level cannot be compared together. Pada dasarnya temen ku yg jago biologi tadi juga pinter Bahasa Inggris wkwk. Sampai aku sering merasa aku yang paling kureng di kelompok ini. Aku sering bertanya ke temen ku tapi terkadang belum tentu digubris. Jadinya aku lebih memilih untuk belajar dengan teman ku yang lain. 

Aku juga pernah dibohongi soal pelajaran oleh teman yang ku anggap sahabat ku sendiri. Aku tau tapi aku diam. 

Serius deh, berteman dengan orang yang mau maju sendirian itu red flag banget. Sosok ku cuma sering kaya membayang-bayangi teman-teman ku yang keren ini. Aku justru sering menonjol di tugas tugas yang non-saintek. As I mentioned before, I dont think Science is so me, but I had tried my best. 

If you asked me what I miss the most about my senior high school memories, I would say that it must be my Musholla's friends. Temen-temen satu PHBI (Islamic Organizations) ku itu lebih sefrekuensi. Lebih manusialah ketimbang temen-temen kelas ku yang kaya predator wkwk. Makanya setiap ada jam kosong setelah ujian semester, aku prefer ke musholla biar kumpul sama temen-temen yang agak gila tapi tetep di jalan Allah. HAHAHA. Aaaah I miss my friends so much.

I think that's all about how it feels to be part of the most outstanding class.

Kindly Regards,
Annisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Burung Merah Marah?

Foto Lucu Artis Hollywood!