Life Lessons~
Yep.
Welcome back! It's me here. Maaf udah lama ngga ngepost, soalnya banyak musuh yang harus diberantas *berubah jadi power ranger*
Sekarang, gue ngangkat topik simpel. Tentang gue, lo, dia, mereka, kami, dan siapapun. Ya; hidup.
Pertama kita beranjak dari diri kita sendiri. First of all, gue pengen nanya pertanyaan kelat kaya tape gagal fermentasi; "have you known who really you were?" Gue inget kapan pertama kali gue ngedengerin pertanyaan ini. Pas kelas dua SMP pada saat amanah dari pembina upacara. Yep. Mungkin untuk yang masih dikategorikan remaja belom bisa ngejawab pertanyaan sederhana tadi? Kenapa? Ya karena Spongebob masih jomblo dan belum menemukan dambaan hatinya. Noooooooo! Enggak. Maksud gue ya karena keadaan jiwa remaja masih belum stabil alias LABIL. Hayooo buat yang ngerasa masih labil angkat upilnyaaaa, eh tangan maksudnya. Iya.
Berdasarkan dari pribadi gue sendiri sih ya, masa remaja itu beneran masa yang paling sulit. Suliiiiit banget. Alasan? Pertama, kita sulit buat nentuin kemauan kita yang sebenernya itu apa dikarenakan jiwa yang masih terombang-ambing. Kedua, as you know, di masa remaja itu tingkat kemageran alias ke-malas gerakan-nya memiliki persentase yang tinggi. Berkaca aja di diri kamu sendiri, apakah selama ini kamu ngerasa semakin malas? It must be yes answer! Nah masalahnya bukan itu doang. Di saat tingkat kemalasan kita menanjak drastis, di situ pula kita tetap harus berpacu dalam prestasi *bukan prostitusi ya.* yep sesimpel itu. Semuanya bertolak belakang. Hati sama kenyataan engga sejalan. Ketiga, kita terlalu banyak bermimpi tapi sedikit yang jadi kenyataan. Gue sering ngayal kalo gue in relationship sama Justin Bieber. Oke gue tau ini ketinggian. Soalnya udah kontras banget cantiknya Selena Gomez sama gue. Don't mention it! Haha. Sebenernya sih kalo cuma berimajinasi ga masalah sih, hanya saja kalo sampe berlebihan bakalan bikin kalian depresi karena angan kalian itu ga bakalan jadi kenyataan. Kaya gue ga muka ga hati ga pikiran depresi aja bawannya. Wop. Itu sih sekedar saran aja kalo ngga mau sakit hati.
Kedua, kita melangkah ke orang di sekitar kita. Orang tua? Saudara kandung? Sahabat? Temen? Pacar? Atau gebetan? Nah. Kita harus bisa menyesuaikan attitude kita dengan siapa sebenernya kita berinteraksi. We take an example. Ketika kita lagi ngobrol sama mama misalnya, apa iya kita bisa ngobrol kaya kita lagi sharing sama sahabat kita? Teriak-teriak, pegangan tangan, pelukan, ketawa selebar pintu kebuka dan sebagainya. Bisa? Enggakan? Kesannya kaya ngga begitu sopan. So that, kalian harus mampu mengadaptasikan kepada siapa kalian sedang berhadapan. Jangan samakan sikap sama semua orang kaya perataan pendapatan. No. It will be dangerous buddy. Ya minimal kalian harus bersikap sopan dan tentu kata kata yang dikeluarkan jangan kata-kata-gahol-naqz-jamand-ckalank ya. Nanti mereka pasti bakalan ngga ngudeng kalian ngomong apaan.
The last but not least, kita dan lingkungan kita! Yeah. Gue semakin sadar kalo dunia itu cakupannya luas semenjak kelas satu SMA. Pas awal MOS, gue banyak nemuin anak seumuran gue yang masih banyak belom gue kenal. Dan perlahan... gue sadar gue harus bisa berinteraksi dan beradaptasi sama orang baru. I have to force myself. For your information, orang yang setipe sama gue, i mean dia bakalan ekstrovert ketika berada di sekitar orang yang dia kenal baik, namun bakalan berubah jadi introvert ketika he found nobody known-well yang dia kenal. Gitu. Semenjak di SMA lah gue baru nyadar kalo kepribadian gue ganda (ekstrovert dan introvert maksudnya hih.) Gue sempat memperhatikan sikon lingkungan gue secara diam-diam. Jadi mirip gitu deh sama mata keranjang... eh mata mata maksudnya. Nah gue ngambil sampel temen gue. Kita sebut saja dia musang berbulu domba. Ah kepanjangan gue yang capek ngetiknya entar. Emmmmh... siapa ya.
Ah oke! Kita ibaratkan namanya bleki (kok kaya nama anjing?) Nah gue perhatiin dia tanpa dia sadari. Bleki ini cewek periang dengan kepribadian ekstrovert berkapasitas 98%. Secara fisik dia sederhana tapi bisa juga dibilang manis. Nah... muncullah beberapa pria yang justru memberikan perhatian lebih sama dia. Banyak orang yang care sama dia. Banyak orang yang nganggep dia asik termasuk gue. Ya kadang gue juga sirik dan iri ngeliat dia mudah akrab dan gampang senyum sama siapa pun termasuk kenalan baru. Dia juga gampang ketawa dan mudan buat jadi conversation starter. Dia juga kalo di bm itu friendly banget. Dan perhatian lagi. Sama siapa aja. Yah pantas banyak yang naksir sama dia. Wajar. 90° berbanding terbalik sama gue. Hah abaikan. Yep. Maka dari mata mata gue terhadap si Bleki ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa : Ngga butuh penampilan fisik yang sempurna buat jadi sosok yang menyenangkan, cukup dengan penerapan teori be nice to everyone aja. Dan buat yang masih berkepribadian introvert coba sering sering bergaul sama yang ekstrovert biar ekstrovert nya agak ketularan. Iya ini gue serius loh. Pengalaman pribadi mamen.
Oke sampai di sini aja postingan kali ini. Ini juga ngeblog dari hp sangkin sibuknya *emang ada yang nanya?*
Okeee. Semoga bermanfaat. See ya!
Komentar
Posting Komentar